Ilustrasi

 

APINDOKALTIM.COM – Kepala Dinas Perhubungan Kaltim, Arih Frananta Filipus Sembiring, menyampaikan usulan di bidang perkeretaapian, kepada Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi. Usulan itu disampaikan dalam rapat virtual, belum lama ini.

Pembangunan perkeretapian memang kembali mencuat karena adanya ketertarikan dari investor lain terhadap rencana pembangunan jalur kereta api. Namun pemerintah pusat mengusulkan Kaltim segera mencari investor baru untuk kelanjutan program pembangunan di sektor tersebut. “Menhub menyampaikan, karena keterbatasan dana APBN, diharapkan daerah bisa mendapatkan investor dengan sistem B2B atau Business to Business,” kata Sembiring.

Dalam keterangan sebelumnya, Corporate Deputy Director of Assets Development PT Kereta Api Indonesia (KAI) Suharjono mengatakan potensi pengembangan kereta api di Kaltim sangat besar. Contohnya, apabila pembangunan kereta api itu diperuntukan bagi sektor batu bara dan perkebunan kelapa sawit. Termasuk angkutan khusus manusia.

“Selama ini PT KAI bekerjasama di wilayah Pulau Jawa dan Sumatera saja. Jika, melihat potensinya, Kaltim sudah ada untuk pengembangan itu. Mungkin bisa untuk angkutan khusus batu bara terlebih dulu baru yang umum. Apalagi, Kaltim telah ditetapkan sebagai ibu kota negara (IKN) baru. Tentunya akan sangat menunjang kebutuhan IKN,” kata Suharjono.

Suharjono menilai, PT KAI juga harus memikirkan bagaimana keuntungan setelah dibangun kereta api. Apakah kembali modal atau tidak. PT KAI masih menghitung kemungkinan melakukan perluasan usaha ke Kalimantan Timur. “Kami berharap ketika pembangunan dilakukan semua mendapat manfaatnya,” jelasnya.

sementara Kepala Biro Humas Setda Provinsi Kaltim Syafranuddin menjelaskan, potensi tersebut sangat besar dan diharapkan PT KAI tidak ragu untuk membangun di Kaltim. “PT KAI sudah biasa kerja sama di wilayah Pulau Jawa. Dengan potensi yang ada di sana mungkin hanya mendapat keuntungan jutaan saja. Tapi, kalau di Kaltim bisa miliaran. Karena, selain batu bara dan perkebunan juga manusia bisa diangkut kereta api,” jelasnya.

Bahkan, lanjut Ivan, kalau saja PT KAI sejak dulu membangun kereta api di Benua Etam,  maka, tidak perlu lagi perusahaan batu bara membangun jalan hauling untuk akses mengangkut batu bara. “Kalau saja dari dulu sudah dibangun. Tentu secara berkelanjutan rel kereta api yang dimanfaatkan batu bara bisa untuk angkutan umum atau penumpang,” jelasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *