APINDOKALTIM.COM –Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Kota Balikpapan, Joko Purwanto mengungkapkan, tren pariwisata di Indonesia termasuk di Kaltim sejauh ini serba “dilematis”. Mengapa? Di satu sisi pemerintah tetap mengandalkan sektor pariwisata sebagai salah satu andalan untuk pemasukan devisa negara, tapi di sisi lain kegiatan promosi khususnya di lingkugan pemerintah daerah, dinilai belum optimal—khususnya dalam memberi ruang keterlibatan promosi bagi insan pelaku pariwisata di Kaltim.

Hal ini dikatakan Joko Purwanto, yang hadir menjadi narasumber Podcast Apindo Kaltim Channel, Rabu 10 September 2025. Joko yang  juga pengurus DPP APINDO Kaltim bidang pariwisata ini mengungkapkan, Setelah pandemi Covid-19, banyak yang melakukan private tour untuk pelayanan  dalam perjalanan. Dulu wisatawan asing ke Indonesia umumnya menggunakan grup, tapi sekarang private tour, karena membayar cukup mahal, jumlahnya ekslusif atau dalam grup kecil.

Bagi pelaku pariwisata in bound jelas suka. Namun di sisi lain, pemerintah menggandeng OTE, mempromosikan Indonesia untuk membawa wisatawan masuk ke Indonesia. Tapi ada juga sisi negatifnya. Karena, wisatawan dengan dana terbatas begitu sampai di Bali hanya sewa losmen dan menumpuk di Bali. Bahkan, infonya di Bali sudah over tourism, tapi juga memicu masalah sosial, seperti kriminal dan lainnya. Semuanya kembali ke regulasi pemerintah, yang tidak tegas akan hal ini.

Di Kalimantan, wisatawan yang masuk adalah private tour dengan jumlah yang tidak banyak. Namun ini jadi tantangan bagi Pemprov Kaltim untuk mengekspose potensi yang ada, karena Kaltim cukup banyak obyek wisata menarik. Tapi kalau tidak dipromosikan, juga sia-sia. Alasannya selalu keterbatasan anggaran.

Namun kami selaku private industri tidak tergantung dengan pemerintah. With or without government, kami tetap jalan untuk mempromosikan wisata Kaltim. Karena, itu menyangkut kelangsungan usaha kami. Makanya, kami selalu mengajak kawan-kawan swasta yang bergerak di industri ini,  agar tidak selalu tergantung pada pemerintah,” kata Joko.

Joko memandang, sektor pariwisata Kaltim memang terus berbenah. Hanya saja, perlu peningkatan promosi dan pola sinergi yang lebih baik, dengan melibatkan stakeholders dari kalangan insan pelaku pariwisata.

Bagaimana dengan target Dinas Pariwisata Kaltim terkait angka kunjungan wisatawan, baik itu domestik maupun mancanegara, dimana wistawan Nusantara (wisnu) ditarget 6,9 juta orang dan wisatawaman mancanegara (wisman) 18 ribu orang di tahun 2025 ini? Karena berdasarkan data menyebutkan, di tahun 2024 kunjungan wisnu ke Kaltim naik 135,99% atau menjadi 9.38 juta orang dari target 6,9 juta dan wisman naik 403,30% atau menjadi 40.330 orang dari target 10.000 orang.

Menurut Joko data itu kemungkinan berasar dari Badan Pusat Statistik dan Bandara Internasional Sepinggan, yang menghitung angka ke datangan orang yang masuk ke Kaltim. Namun apakah ini valid dan sesuai dengan data kunjungan wisatawan, masih perlu ditelusuri lagi.

Mengapa? Karena yang masuk di kurun waktu 2023 – 2024, tidak lepas dari megaproyek Pembangunan Ibukota Negara (IKN) Nusantara sekira 45 ribu orang dan Perluasan Kilang (RDMP) Pertamina sekira 35 ribu orang, yang sebagian besar pekerja—bukan wisatawan “Data riil nya justru dimiliki hotel yang ada di Kaltim, yang sebagian besar anggota PHRI Kaltim dan Balikpapan, karena wisatawan itu perlu akomodasi menginap di hotel,” ujarnya.

Sementara fakta yang ada menunjukkan, ocupansi rate atau tingkat hunian hotel justru sempat turun drastis, meski di pertengahan tahun 2025 ini ada tren kenaikan. “Jadi kalau melihat dari sisi kedatangan di bandara, perlu ditelusuri lagi, apakah itu wisatawan atau  justru para pekerja dari China,” ujarnya.

Terkait organisasi yang digeluti saat ini, Joko yang mantan Ketua ASITA Kaltim yang sekarang menjelma menjadi AITA, kini  menjabat sebagai wakil ketua umum pusat, serta Wakil Ketua Umum IINTOA dan Ketua Perwakilan Wilayah Kalimantan.

IINTOA (Indonesia Inbound Tour Operators Association) adalah organisasi yang khusus mendatangkan wisatawan mancanegara ke Indonesia. IINTOA merupakan riil partner Kementerian Pariwisata. “Jadi, data riil wisman itu bisa didapat dari anggota IINTOA,” ujarnya.

Di Kalimantan, anggota IINTOA terbanyak ada di Kalteng dan di Kaltim hanya ada sekira 4 perusahaan. Sementara secara nasional, tercatat sekira 200 -an perusahaan.

Sementara organisasi Nawacita, dibentuk pemerintah untuk mendongkrak pariwisata dengan melibatkan para pelaku UMKM. Sebab, jika pariwisata berjalan, maka potensi UMKM otomatis terangkat.

Sedangkan untuk Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Kota Balikpapan, yang dibentuk berdasarkan Keputusan wali kota, untuk mendorong arus kunjungan wisatawan ke Balikpapan.

“Kendalanya, BPPD tidak didukung anggaran yang memadai, utamanya untuk kegiatan promosi. Padahal kita tahu, Balikpapan yang minim sumberdaya alam, justru idealnya menggalakkan pendapatan  dari pariwisata dan event MICE dan kota jasa,”ucap Joko.

Jadi, kalau mangail ikan, mestinya diberikan umpan. “Sejak ditunjuk mengelola BPPD, kami justru tidak mendapatkan support dana untuk promosi. Kalau toh ada dinas pariwisata, justru jarang melibatkan BPPD. Karena pelaku langsung untuk menjual potensi pariwisata itu ada di kami, bukan dinas pariwisata. Jadi, diperlukan sinergi dan konsolidasi semua stakeholder, agar pariwisata Balikpapan dapat maju dan berkembang,” kata Direktur PT.Trans Borneo Adventure ini.

BELUM OPTIMAL PROMOSI

Sementara penerbangan internasional ke Balikpapan juga sudah terbuka. Misalnya dari Singapura, Malaysia dan Brunei. Namun, itu akan sia-sia, jika tidak dibarengi dengan upaya mempromosikan potensi pariwisata Balikpapan dan Kaltim ke mancanegara. “Load factor atau tingkat isi kursi pesawat seperti Singapore Air, Air Asia, Scoot dan Royal Brunei masih kecil. Justru, yang banyak itu oran Kaltim yang bepergian ke Singapura, Malaysia dan Brunei. Kalau toh ada, justru Malaysia yang pameran di Balikpapan, menjual potensi pariwisatanya, untuk mengajak orang Kaltim ke Malaysia,” ujar dia.

Jadi, jualannya justru di Singapura, Malaysia dan Brunei. “Jika terus begini, penerbangan langsung ke Balikpapan justru bisa tutup. Tidak fair juga jika warga Kaltim yang justru didorong bepergian keluar negeri, tapi kita hanya diam melihat minimnya warga Singapura, Malaysia dan Brunei yang datang ke sini,” ucapnya.

Menyinggung PT Trans Borneo Adventure yangi didirikan sejak tahun 1996, Joko mengungkapkan, booming wisatawan masuk ke Kaltim terjadi di kisaran tahun 1990 – 2023, dimana dulu sering roadshow keluar negeri untuk promosi. “Karenanya, bagi perusahaan travel juga perlu persiapan matang baik dari sisi sumber daya manusia maupun promosinya. Yang kita jual itu selling the dream untuk pariwisata Kalimantan, khususnya Kaltim. Jadi, harus sesuai antara fakta dan mimpi keindahan pariwisata yang dijual,” ujarnya.

Pada intinya, semua insan pelaku pariwisata berkeinginan membangun sektor pariwisata Kaltim maju. “Dulu, wisatawan mancanegara saat berkunjung ke Kaltim, misalnya ke Samarinda, kita ajak menyusuri Sungai Mahakam, dengan kapal wisata. Tapi, sejak sektor pertambangan marak, wisatawan justru turun, karena melihat Sungai Mahakam dipenuhi kapal tongkang mengangkut batubara, yang bagi turis asing dianggap merusakan lingkungan dan berlawanan dengan semangat “ecotourism dan adventure” yang mengutamakan pelestarian alam dan lingkungan,” tutup dia.(*)

Penulis / Editor : Rudi R. Masykur

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *