Slamet Brotosiswoyo

Ikut berperan dalam menciptakan situasi kondusif di Kaltim, tentu bukan pekerjaan ringan. Ketika hampir sebagian besar daerah di Indonesia selalu bergejolak saat menetapkah kebijakan upah minimum, namun di Kaltim situasinya selalu damai, nyaris tanpa memicu konflik.

================

 

Begitulah, bersama Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Kaltim, M. Slamet Brotosiswoyo kini berhasil membuktikan. Bahwa penetapan upah minimum tidak harus memicu gejolak. Harmonisnya hubungan industrial antara pekerja, pengusaha dan pemerintah (tripartit), ikut mendorong Provinsi Kaltim sebagai salah satu wilayah primadona untuk berinvestasi. Bisa jadi, ini juga faktor penentu ditunjuknya Kaltim sebagai Ibukota Negara (IKN),

“Alhamdulillah, selama tiga periode memimpin APINDO Kaltim, situasi kondusif khususnya hubungan industrial antara pekerja dan pengusaha, selalu bisa kami jaga dengan baik. Tentu, ini bukan pekerjaan mudah, semudah orang membalik telapak tangan,” kata pria kelahiran Madiun Jawa Timur, tahun 1948 ini.

Sejak memimpin DP. Prov. APINDO Kaltim tahun 2009 hingga periode ketiga kepengurusannya saat ini, Slamet BS—sapaan akrabnya, langsung mencanangkan  motto “Solidaritas Kelembagaan Apindo, Tercipta Hubungan Industrial Yang Kondunsif”.

Sebab itu, Apindo Kaltim hingga saat ini terus menjalin hubungan dengan sejumlah lembaga, instansi dan stakeholder terkait. Dengan harapan, keinginan menjaga Provinsi Kaltim tetap kondunsif, tidak sebatas “lips service” atau ucapan di bibir saja, tapi benar-benar nyata dan terealisasi di masyarakat.

Pihaknya hingga kini terus memperluas komunikasi dengan lembaga eksternal dan stakeholder. Mulai Kadin Kaltim, asosiasi dunia usaha, hingga media massa. Sejumlah asosiasi, seperti Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Kaltim, Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) dan perusahaan jasa penunjangnya, termasuk di sektor minyak dan gas (migas), komunikasi dibangun dengan BP Migas, perusahaan jasa penunjang migas.

Ketua Apindo Kaltim dan pengurus menerima permintaan pendirian Apindo daerah

Menariknya, kemitraan juga dibangun dengan aparat penegak hukum seperti Polda Kaltim, serikat pekerja (SP), lembaga pendidikan, BUMN hingga lembaga perbankan. “Kami memang  fokus membangun hubungan kelembangaan hingga saat ini. Harapan akhirnya tidak lain agar jalinan itu bisa ikut membantuk kondusifnya situasi Kaltim dan mendorong masuknya banyak investor ke provinsi ini,” tuturnya.

Berkat perjuangannya itu pula, gaung APINDO Kaltim tidak hanya di level nasional, tapi juga internasional. Tidak terhitung ia dan jajarannya, diundang menghadiri event internasional di sejumlah negara. Seperti ke Korea, Jepang, Italia dan lainnya. Di tingkat nasional, APINDO Kaltim sangat disegani karena selalu bersuara lantang dan menggebrak dengan berbagai program positif.

Bahkan, APINDO Kaltim merupakan satu-satunya APINDO di Indonesia, yang diminta berbicara saat membahas road map pembangunan Indonesia dengan Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla.

Sejumlah event skala nasional, juga tercatat pernah digelar APINDO Kaltim di bawah kepemimpinan Slamet BS. Misalnya, agenda tetap CEO Forum yang selalu dihadiri tokoh penting di negeri ini. Juga kegiatan   Rapat Kerja Koordinasi Nasional (Rakerkornas) Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), yang dihelat di Hotel Adika dan Menara Bahtera, 26-27 Juni 2009,

Apindo seolah tak pernah lelah menggeber berbaga kegiatan dan program positif. Tak terhitung sudah berapa kali kegiatan pelatihan dengan tema berbeda-beda dihelat untuk anggota hingga saat ini.. Mulai workshop tentang hubungan industrial hingga penyuluhan anti dumping, sukses dilaksanakan.

Tentu tegas Slamet, semua keberhasilan ini bukan karena kerja dirinya sendiri. “APINDO Kaltim bisa berhasil, berkat perjuangan semua pengurus, termasuk dukungan dari DPN APINDO. Sebagai manusia, pengetahuan dan wawasan saya terbatas. Karenanya, otak dan pemikiran saya, kemudian saya titipkan ke teman-teman pengurus dan dari kolektifitas pemikiran merekalah lahir banyak ide besar mengembangkan APINDO,” ucap dia.

 

JATUH BANGUN

Menuai keberhasilan hingga saat ini, diakui Slamet BS tidak semulus jalan tol.  Ia menjalani perjalanan hidup berliku dan penuh perjuangan. Lahir dan besar di Madiun Jawa Timur, Slamet BS memutuskan hijrah ke Kaltim tahun 1972.

“Waktu itu, kondisi saya benar-benar prihatin. Saya memutuskan hijrah tanggal 2 Februari 1972 dan berharap bisa ikut dengan paman, yang infonya menetap di Samarinda. Namun, ternyata paman sudah pindah ke Sangkulirang,” kata pria yang hobi olahraga golf ini.

Terlanjur basah menginjakkan kaki di ibukota Kaltim, Slamet BS yang sejatinya ingin mengubah nasib, akhirnya menemukan seseorang yang memberinya tempat penampungan.  Hanya empat hari berselang, persisnya tanggal 6 Februari 1972, ia diterima bekerja sebagai pengawas proyek di CV. Kartika.

Gaji saya kala itu perhari hanya untuk sekali makan.  Waktu itu, harga makanan sudah tergolong mahal dibandingkan di Jawa, apalagi Kaltim kala itu dikenal dengan masa banjir kap—ramainya bisnis kayu gelondongan,” paparnya.

Untungnya, bos Slamet di CV Kartika cukup baik hati. Ia tidak hanya diberi prioritas dapat tambahan makan siang dan malam di mess perusahaan, tapi isterinya yang kala itu tengah hamil dan masih berada di Jawa, dapat bonus kiriman Rp 5 ribu perbulan via wesel.  “Saya bekerja di perusahaan ini hampir 7 tahun dan kemudian juga mendapat tempat menginap di bangsal perusahaan yang lokasinya dekat pelabuhan di Samarinda,” kenang Slamet.

Saat bekerja di CV. Kartika, ia pernah ditawari perusahaan lain dengan gaji tiga kali lipat. Namun ia memilih bertahan, karena merasa nyaman dan berpikir positif—nasibnya bisa berubah karena bekerja di tempat itu.

Baru  sekira tahun 1979, Slamet BS akhirnya mundur dan belakangan memilih buka usaha sendiri dan pindah ke Balikpapan.  Keputusan ini, juga dipicu adanya kebijakan pemerintah, Keppres No.14 yang saat itu mengutamakan pengusaha pribumi. Padahal saat itu, bisa disebut modal yang dimiliki sangat minim. “Modal awal saya hanya keinginan yang kuat dan kemampuan pribadi. Bahkan, untuk mengurus fiscal atau pajak perusahaan yang enam bulan sekali harus diperpanjang, saya terpaksa menjual cincin kawin,” sebutnya.

Lalu, lahirlah CV. Prakarsa Jaya, yang bergerak di bidang jasa konstruksi.  Kelak perusahaan ini, naik status jadi PT. Prakarsa Bintang Jaya.  Tiga bulan setelah perusahaan  CV. Prakarsa Jaya lahir, Slamet BS mendapatkan pekerjaan pertamanya di Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Pengairan.

Nilai proyeknya Rp 7,6 juta. Nominal ini cukup lumayan besar untuk ukuran pekerjaan kala itu. Karena hasil pekerjaannya berkualitas bagus, belum selesai pekerjaan ini, ia sudah dapat tawaran pekerjaan baru. “Kondisi ini terus berulang hingga saya benar-benar bersukur, pada akhirnya berhasil menjadi kontraktor,” sebutnya.

Sebagai pengusaha (kontraktor), menurut Slamet jalan nasibnya juga tidak selamanya mulus. Ia juga pernah jatuh bangun dan mengalami kondisi pasang surut dalam berbisnis. Yang paling diingatnya adalah kejadian krisis ekonomi, yang membuat usahanya hampir gulung tikar. “Saya lupa tahunnya, yang pasti saat itu, enam armada truk, mobil dan lainnya ludes terjual—akibat kondisi usaha terpuruk dan berimbas pada bisnis yang saya jalankan,” ucapnya.

Untungnya, selama jadi pengusaha hingga saat ini, Slamet tergolong figur yang amanah dan pantang menodai kepercayaan yang diberikan orang lain. “Prinsip saya, selalu menjaga komitmen dan kepercayaan. Memang sifat keras saya tidak bisa hilang sampai sekarang. Tapi, sikap vocal itu bukan untuk negatif, namun semata untuk memperjuangkan kepentingan banyak orang,” ungkap pengusaha yang menunaikan ibadah umrah bersama isteri tahun 2014 ini.

Menjadi kontraktor, membawa Slamet kemudian berkenalan dengan berbagai kalangan. Sosoknya yang mudah bergaul, membawa Slamet diberi kepercayaan bergabung di sejumlah organisasi dan lembaga. Mulai organisasi sosial, politik, hingga organisasi perusahaan jasa konstruksi dan organisasi pengusaha lainnya.

Slamet BS tercatat pernah menjadi wakil sekretaris SOKSI Kota Balikpapan tahun 1985 – 1990. Ia juga pernah pengurus di BPC GAPENSI Kota Balikpapan mulai tahun 1998 hingga 2007. Ia juga pernah jadi pengurus Golongan Karya (Golkar) tahun 1992 – 1997. Di Kadin Balikpapan, kiprahnya mulai dari pengurus hingga dewan pertimbangan, sejak tahun 1990 – 2015.

Sementara di DP. Prov APINDO Kaltim, Slamet BS pernah menjadi sekretaris di tahun 2005 – 2009, sebelum akhirnya memimpin APINDO Kaltim sejak tahun 2009 hingga sekarang (tiga periode).  Slamet juga dipercaya menjadi Ketua Forum Pemagangan Provinsi Kaltim (2009 – 2015), serta Ketua Komite Lembaga Akreditasi Lembaga Pelatihan (2009 – 2015).

Bergabung di APINDO Kaltim, diakui Slamet merupakan langkah pengabdian dan perjuangan. “Usaha kontraktor saya memang banyak berkurang, tapi pengabdian di APINDO akan terus berjalan, entah sampai kapan,” sergahnya.(*)

 

One thought on “M. SLAMET BROTOSISWOYO Tokoh Kaltim, Gaung Nasional”
  1. Luar biasa perjalanan hidup pak Ketua.
    Seperti pepatah Inggris yang mengatakan bahwa “Laut yang tenang, tidak akan melahirkan Pelaut-pelaut yang handal”.
    Jangan pernah bosan untuk berbuat baik bagi orang banyak Ketua…!
    Kami doakan agar selalu sehat dan diberkati dalam kehidupan.
    Amien…!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *