PRIMADONA : Obyek wisata alam Betang Nansarunai, yang jadi salah satu andalan pariwisata Kabupaten Barito Selatan, Kalteng.
APINDOKALTIM.COM – Obyek wisata alam Lewu Betang Nansarunai yang dibangun Dr. Abriantinus, MA di Desa Sanggu, Kecamatan Dusun Selatan Kabupaten Barito Selatan Kalteng, kini menjadi salah satu andalan sektor pariwisata di Provinsi Kalimantan Tengah.
Selain menampilkan ciri khas Borneo, akses menuju lokasi obyek wisata ini juga tergolong mudah dijangkau masyarakat. Hanya sekira 5 menit dari Bundaran Tugu Malawen dan 4 menit dari Bandara Sanggu. Sementara dari Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) sekira 8 jam perjalanan, melalui Tanjung Tabalong Kalsel.
“Akses transportasi jalan semua beraspal hotmix mulus sampai ke lokasi,” kata Abriantinus yang juga Wakil Ketua DPP Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kaltim ini.
Karena lokasi yang mudah dijangkau itu, pengunjung yang datang juga lumayan banyak. Misalnya, saat tahun baru 1 Januari 2020 lalu, lokasi dengan kapasitas 5 ribu pengunjung ini didatangi lebih dari 4 ribu orang. Bahkan, jika saat itu tidak terjadi kemacetan, pengunjung bisa tembus di angka 6 ribu-an orang.
Selama pandemic Covid-19 (Corona), obyek wisata ini diakui Abriantinus juga ikut terdampak. Hikmahnya, pengelola punya waktu untuk membenahi kualitas infrastruktur obyek ini. “Progres pembangunan fisik tetap berjalan seperti agenda awal, meski sempat tertatih-tatih. Sebab, income dari obyek wisata ini samasekali terhenti, sementara biaya operasional tetap berjalan,” ujarnya.
Meski begitu, ia tetap optimis dan berharap pertolongan dari Tuhan Yang Maha Kuasa, agar kondisi ini segera berlalu. Sehingga, kegiatan ekonomi masyarakat bisa pulih dan bergairah kembali, termasuk obyek wisata miliknya.
Abriantinus menambahkan, visinya membangun obyek wisata ini adalah “Hutan Rimbaku Lestari, Hari Esok Secerah Mentari”. Sementara misinya selain mendukung program pemerintah dalam pelestarian alam dan laingkungan hidup, membangun pariwisata dunia dari desa, serta pemberdayaan masyarakat desa dalam pelestarian alam, lingkungan hidup, seni dan budaya.
Setidaknya lanjut dia, ada lima alasan mengapa dia membangun obyek wisata ini. Pertama, karena kecintaannya pada alam, terutama pepohonan agar tetap lestari. “Bagi saya, alam merupakan anugerah Tuhan dan warisan nenek moyang yang wajib dijaga kelestariannya, begitu juga dengan seni dan budaya,” tuturnya.
Kedua, setelah lebih 39 tahun merantau meninggalkan kampung halaman, ia merasa terpanggil untuk melakukan hal yang bermanfaat bagi masyarakat. Sehingga, dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk selalu kreatif dan inovatif.
Ketia, dia khawatir, kawasan hutan akan akan habis dibabat seiring kemajuan peradaban manusia. Sehingga, generasi akan datang dalam kurun waktu 5-10 tahun nanti, barangkali tidak akan melihat lagi keindahan hutan. “Karena itu, memanfaatkan hutan dan lahan tanpa merusak, namun tetap menjaganya, adalah langkah tepat untuk melestarikan hutan,” paparnya.
Keempat, obyek wisata alam diyakininya adalah destinasi wisata yang akan tetap jadi pilihan utama, baik itu wisatawan domestic maupun mancanegara, apapun kondisinya.
Kelima, dengan membuka obyek wisata ini, ia sekaligus membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat desa dan peluang bagi pelaku UMKM di desa untuk memasarkan produk unggulannya.
Atas dasar semua alasan itu pula, Abriantinus kini juga tengah membuka kawasan obyek wisata yang hampir serupa, di Km 23 Jalan Soekarno – Hatta Balikpapan. Bedanya, obyek wisata terbaru ini, dilengkapi ratusan tanaman pohon buah produktif, termasuk gazebo, tempat menginap, area perkemahan dan kolam pemancingan. “Infrastruktur obyek wisata di Km 23 juga terus kami benahi. Jika sedah selasai, barangkali ini akan jadi obyek wisata alam baru di Kaltim, lengkap dengan suguhan pohon buah produktif yang bisa dinikmati langsung pengunjung di lokasi. Tentu, desain khas etnik Suku Dayak, tetap jadi prioritas yang kami tampilkan di lokasi itu,” tutup Abriantinus. (*/habis)