Kampus Institut Teknologi Kalimantan di Jalan Soekarno Hatta km 14, Balikpapan Utara butuh dukungan pemerintah daerah.
APINDOKALTIM.COM – Keberadaan Institut Teknologi Kalimantan (ITK) dalam menunjang pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur sangat strategis. Oleh karena itu, kampus di kawasan Balikpapan Utara itu perlu mendapat dukungan dari pemerintah.
Pernyataan ini disampaikan Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kaltim, Slamet Brotosiswoyo ketika bertemu Rektor ITK, Prof. Ir. Budi Santosa Purwokartiko, Ph.D. belum lama ini.
Salah satu perhatian yang dibutuhkan ialah akses masuk ke kampus. “Akses menuju kampus yang representatif diperlukan demi kelancaran kegiatan perkuliahan,” kata anggota Dewan Pengawas ITK ini. Belum lagi, kata dia, jalan menuju gedung perkualiahan juga masih berupa jalan tanah.
Slamet Brotosiswoyo mengatakan perguruan tinggi sebagai pencetak sumber daya manusia harus didukung pemerintah daerah. Baik pemerintah kota maupun pemerintah provinsi. “Mereka menyiapkan generasi muda agar dapat berperan membangun daerah, terutama dalam mendukung pembangunan IKN,” ujarnya.
Sementara Prof. Budi Santosa Purwokartiko mengatakan, selain persoalan akses masuk, saat ini kampus tengah melengkapi dengan fasilitas olah raga, rumah singgah dosen, asrama mahasiswa, laboratorium penelitian dosen, dan sebagainya.
Kampus yang fokus dalam bidang energi, pangan, smartcity itu, kini memiliki 19 program studi dengan 3 ribu lebih mahasiswa. Prodi Informatika dan Sistem Informasi menjadi salah satu jurusan yang popular di kalangan mahasiswa, sehingga peminatnya sangat banyak.
“Kami juga mengenalkan Prodi Aktuaria yang belum familiar di daerah, namun sangat popular di Jawa,” katanya. Aktuaria merupakan ilmu tentang pengelolaan risiko keuangan. Di jurusan Aktuaria, mahasiswa akan mendapatkan mata kuliah-mata kuliah yang merupakan kombinasi antara ilmu tentang peluang, matematika, statistika, keuangan, dan pemrograman komputer.
Sampai 4 tahun ke depan, ITK menargetkan mahasiswa sebanyak 5 ribu orang. Saat ini kampus yang tak jauh dari Tol Balikpapan Samarinda ini memiliki 159 dosen.
ITK saat ini tengah menerapkan Kampus Merdeka sebagai kelanjutan dari konsep Merdeka Belajar. Untuk menuju konsep tersebut, ITK bekerja sama dengan dunia usaha dan dunia industry.
Sesuai Keputusan Menteri Pendidikan, Kampus akan memberikan hak kepada mahasiswa untuk mengambil mata kuliah di luar prodi dan melakukan perubahan definisi Satuan Kredit Semester (SKS).
mahasiswa boleh mengambil ataupun tidak SKS di luar kampusnya sebanyak dua semester atau setara dengan 40 SKS. Ditambah, mahasiswa juga dapat mengambil SKS di prodi lain di dalam kampusnya sebanyak satu semester dari total semester yang harus ditempuh.
Di sisi lain, saat ini bobot SKS untuk kegiatan pembelajaran di luar kelas sangat kecil dan tidak mendorong mahasiswa untuk mencari pengalaman baru, terlebih di banyak kampus, pertukaran pelajar atau praktik kerja justru menunda kelulusan mahasiswa.
Sesuai kebijakan Mendikbud, terdapat perubahan pengertian mengenai SKS. Setiap SKS diartikan sebagai ‘jam kegiatan’, bukan lagi ‘jam belajar’. Kegiatan di sini berarti belajar di kelas, magang atau praktik kerja di industri atau organisasi, pertukaran pelajar, pengabdian masyarakat, wirausaha, riset, studi independen, maupun kegiatan mengajar di daerah terpencil.