Pengusaha sukses, umumnya dianugerahi feeling dan insting bisnis yang kuat. Sehingga, ia mampu memprediksi peluang bisnis puluhan tahun kedepan.
APINDOKALTIM.COM – Begitu pula dengan Charles. Jika sebelumnya berhasil membangun bisnis di jasa transportasi bus dan kontraktor tambang batubara, naluri bisnisnya seolah tak pernah mati.
Maka, di tahun 2011 – 2012, pergaulan Charles yang terbina baik dengan semua kalangan, termasuk dengan pejabat di Pemkot Balikpapan, akhirnya memberi gagasan brilian baru untuk memperluas bisnis.
Sebagai pengusaha, Charles melihat perkembangan Kota Balikpapan makin pesat dari tahun ke tahun. Tentu, pengembangan kota tidak akan mampu dilakukan di pusat kota, tapi harus merambah ke kawasan pinggiran. Salah satunya kawasan Balikpapan Utara.
Di saat yang hampir bersamaan, pemerintah terus menggenjot pengembangan kawasan Balikpapan Utara. Tidak hanya berdiri Kawasan Industri Kariangau (KIK) dan pelabuhan internasional petikemas terpadu di Kariangau, tapi juga melesatnya geliat pembangunan di semua sektor di kawasan ini.
Lalu, lahir ide membangun Hotel Platinum Balikpapan di Km 5 Jalan Soekarno – Hatta. Awalnya, banyak pihak sempat “meragukan” dan pesimis hotel bintang 4 ini akan berhasil.
Selain lokasi di kawasan pinggiran kota, akses jalan menuju hotel kerap macet parah, akibat akses jalan poros—yang juga dilewati berbagai kendaraan besar, termasuk truk container.
Menariknya, hotel ini dibangun Charles bersama saudara-saudaranya, lewat bendera PT. MIL Platinum Bersaudara. Untuk pengelolaannya, ia juga melibatkan keluarga besarnya. Seperti Wiliam Chandra- anak pertamanya dan juga keponakannya. Sebagai komandan pengelolaan hotel (direktur operasional), ditunjuk H. Soegianto, mantan General Hotel (GM) di sejumlah hotel berbintang di Balikpapan, yang dikenal Charles cukup lama.
Hotel bintang empat itu, kini sudah beroperasi dan makin ramai dijadikan tempat menginap dan berbagai kegiatan (event) skala lokal, nasional hingga mancanegara.
Padahal, saat hotel dibangun, cukup banyak nada pesimis bermunculan di masyarakat. Selain lokasi hotel berada di akses jalan yang sering macet di waktu-waktu tertentu, mendirikan hotel di pinggir kota—kerap dianggap investasi yang kurang menguntungkan.
Namun, lagi-lagi feeling bisnis dan sisi idealisme Charles terungkap. Ia beralasan, keberadaan hotel, tidak hanya memberi kontribusi positif bagi pembangunan Kota Balikpapan, tapi secara ekonomi ikut mendorong pemberdayaan masyarakat sekitar.
“Saat hotel mulai dibangun dan kini beroperasi, cukup banyak tenaga kerja yang bisa kami serap dan itu hampir semuanya tenaga lokal Balikpapan. Di sisi lain, kawasan sekitar hotel juga ikut terangkat dan ekonominya jadi hidup saat ini,” sergah pengusaha yang hobi olahraga On-On (Hash) ini.
Sukses dengan Hotel Platinum, Charles bersama keluarganya tancap gas melebarkan sayap keluar Kaltim. Lalu, lahir Hotel Platinum Adi Sutjipto Jogjakarta (sudah beroperasi) dan Hotel Platinum Tunjungan Surabaya (proses finishing akhir di 2020).
Mengapa di dua kota besar di Jawa itu? Charles beralasan, jika di Jogja, pertimbangannya kawasan itu sektor pariwisatanya saat itu lagi “booming”. Hasil survei waktu itu menunjukkan, kunjungan turis ke Sleman Jogjakarta mencapai 4 juta orang perbulan.
Lonjakan turis itu, mesti dijawab degan hadirnya fasilitas menginap yang memadai. Itu, yang membuat Charles bergegas membangun hotel bintang empat di Jogja dan tahun 2016 juga mulai beroperasi penuh.
Sementara Hotel Platinum Tunjungan Surabaya, dibangun Charles untuk melayani pesatnya Kota Pahlawan—sebagai kota kedua tersibuk dari sisi bisnis setelah Jakarta.
Sebagai pebisnis, lanjut Charles, ia punya hitung-hitungan sendiri saat memutuskan diversifikasi usaha ke sektor MICE dan jasa perhotelan. Sepanjang perhitungan bisnis masuk, maka pembangunan hotel tidak tertutup kemungkinan dibuka di daerah lain, khususnya di Kaltim dan Kalimantan.
“Jika diberi peluang membangun hotel berdekatan dengan lokasi ibukota Negara (IKN) Kaltim, tentu kami akan sambut dengan senang hati,” sebut pengusaha yang memiliki motto atau kiat hidup “Bergerak untuk Maju” ini.
Sebagai pebisnis, Charles juga dikenal gemar berorganisasi. Ia tidak hanya pernah menjadi pengurus ORGANDA Kaltim, tapi juga bergabung sebagai pengurus di DP. Prov. Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Kaltim (Pembina).
Charles juga terlibat dalam kepengurusan Paguyuban Ghuang Zhao Balikpapan dan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Balikpapan. Bersama APINDO Kaltim, Charles juga ikut mendorong lahirnya Apindo Institut. Sebuah lembaga pendidikan dan pelatihan untuk anak-anak, yang disiapkan memiliki kompetensi atau skill—agar bisa bersaing di pasar bebas.
Tidak tanggung-tanggung, fasilitas pelatihan untuk Apindo Institut, ia siapkan di sebuah bangunan ruko yang berdekatan dengan Hotel Platinum Balikpapan, yang kini juga dijadikan Kantor Sekretariat DPP Apindo Kaltim (Graha Apindo).
Minatnya yang besar pada peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) warga Kaltim, juga mendorong obsesi Charles untuk mendirikan sebuah perguruan tinggi. Dengan itu, Charles berharap dapat memberikan kontribusi besar bagi dunia pendidikan di Kaltim. “Kami sudah siapkan konsepnya. Jika diizinkan, kampus akan kami bangun di dekat lokasi ibukota negara (IKN),” ujarnya.
Charles mengungkapkan, kiat sukses dan keberhasilannya tidak lepas dari sikap jujur dan tulus dalam bergaul. Selain itu, komitmen dan konsisten antara ucapan dan perbuatan. “Prinsip itu yang saya jalankan bersama keluarga. Prinsip yang kami dapat dari kakek, dan ayah. Lalu, kami wariskan ke anak-anak dan cucu,” tutup owner PT. Mitra Indah Lestari, PT. Samarinda Lestari Transport dan PT. MIL Platinum Bersaudara ini.(*/habis)